Euthanasia, Cara Populer Akhiri Hidup

IDEANDSPIRATION – Beberapa minggu terakhir kasus bunuh diri ramai jadi perbincangan internasional. Di negeri Paman Sam, kita dikagetkan dengan meninggalnya vokalis band Linkin Park, Chester Bennington. Penyanyi bersuara rock ini ditemukan gantung diri di kediamannya sendiri, dengan dugaan kuat disebabkan depresi.

Kasus bunuh diri dari negeri sendiri juga tidak kalah ramai, loh. Mulai dari mantan pacar selebgram Karin Novilda, Oka Mahendra Putra, hingga kakak adik berinisial EP (34) dan adiknya, ESP (28) yang meloncat dari kamar apartemen mereka di lantai lima di Kota Bandung. Keduanya pun diperkirakan mengalami depresi berkepanjangan.

Sebagai umat beragama yang memiliki keimanan akan Tuhan, keputusan vital untuk melenyapkan diri sendiri tentu tidak akan semudah itu mampir di pikiran kita. Banyak sekali pihak yang menyayangkan terjadinya krisis keimanan ini, akibat depresi yang dialami si korban. Semoga kita dijauhkan dari sifat putus asa dan keputusan yang serupa ya, Inspirers.

Bunuh Diri Legal

ideandspiration choice to suicide
©qph.ec.quoracdn.net

Di sisi lain, ketika dunia terus mengutuk keputusan mengakhiri hidup, sejumlah negara malah melegalkan bunuh diri loh. Beberapa di antaranya Belanda, Belgia, Swiss, Luxemburg, dan negara bagian Oregon di Amerika.

Bunuh diri di sini disebut juga assisted suicide atau bantuan bunuh diri. Dilakukan dengan cara yang dianggap tidak memberikan efek rasa sakit yang besar kepada pasien, biasanya dengan suntik mati melalui praktik kedokteran. Nama ilmiahnya Euthanasia. Euthanasia ini banyak macamnya dan masing-masing masih menjadi hal yang kontroversial.

Yang pertama, euthanasia karena bukan kemauan si pasien sendiri tapi orang lain atau keluarganya. Sebagian besar kasusnya, si pasien mengalami sakit yang berkepanjangan dan menahun, tetapi belum juga menemukan solusi kesembuhan. Euthanasia ini dianggap pembunuhan.

ideandspiration dying people
©www.thestar.com

Yang kedua, euthanasia karena persetujuannya bukan dari keluarga dekat si pasien. Keputusan diambil oleh seseorang yang mengaku wali si pasien. Padahal sejatinya, ia tidak berkompeten. Ini juga dianggap menjadi kasus pembunuhan.

Yang ketiga, euthanasia karena keinginan si pasien. Ia menghendaki dirinya di suntik mati dengan alasan ketidakmampuan tubuh untuk bertahan dari depresi atau sakit yang dideritanya. Meski begitu, hal ini tetap menjadi kontroversi.

Di samping itu, pihak eksekutor euthanasia juga harus mengevaluasi keinginan si pasien. Apakah benar ia benar-benar berkemauan untuk mati dan ‘pantas’ untuk dieksekusi? Perlakuan untuk pasien yang sakit mental dan yang tidak pun berbeda. Untuk mereka yang mengalami gangguan jiwa, baiknya keputusan juga melibatkan psikiater, yang notabene lebih memahami cara menindaklanjuti pasien.

ideandspiration euthanasia medicine
obat-obatan untuk melakukan euthanasia ©dailymail.co.uk

Jadi memang tidak boleh tanpa pertimbangan dan alasan yang kuat ya Inspirers, untuk mengeksekusi seseorang dengan euthanasia. Nah, selanjutnya kita akan bahas organisasi yang tidak hanya melegalkan praktik euthanasia, tapi juga memberikan fasilitas pasiennya menuju kematian. (wkp/rmn/bbc/dnm/nei)

Baca selanjutnya: Ini Dia Organisasi Pendukung Bunuh Diri (Euthanasia)!

Leave a comment